Muslimah Menyongsong Masa Depan

Oleh: Hamzah Syaifulloh

Sumber foto: https://amp.kompas.com/internasional/read/2021/03/18/012626070/perempuan-berdaya-7-legenda-wanita-bersejarah-dalam-islam

Masalah perempuan, apa yang ada pada benak kalian tentang “perempuan” makhluk yang egois kah atau bahkan  makhluk yang super sensitif, ya terkadang kebanyakan orang pun berfikir demikian, namun tak semua perempuan memiliki sifat yang sama dan bahkan mungkin cenderung terbalik dari apa yang  kita fikirkan. Kaitanya dengan perempuan, tak lepas dari isu kesetaraan gender, bagaimana perempuan seolah–olah tak mampu menuangkan segala bentuk aspirasinya, tak mampu mengasah skilnya, tak mampu mengembangkan potensi yang dimilikinya, tak mampu berkarya, serta tak mampuan yang lainya.

Berbagai gerakan demi gerakan yang dilakukan demi terciptanya sebuah kesetaraan tanpa memandang rendah kaum perempuan guna membuka mata dunia bahwa perempuan juga manusia yang  diciptaan tuhan dan berhak memperoleh kehidupan yang baik bahkan layak. Dibelahan dunia bahkan, perempuan mempunyai cerita yang sangat memilukan, bagaimana perempuan masih saja menjadi sebuah alat atau bahkan menjadi sebuah permainan bagi kaum lainnya dan mungkin hingga hari ini.

Dipanggung peradaban yang mempunyai banyak cerita dibalik keanggunannya, menyimpan banyak kisah menyedihkan bagaimana zaman dahulu perempuan dijajah dengan semena–mena seakan perempuan berada dalam kasta paling rendah sehingga bisa diperlakukan sedemikian, bahkan di negeri kita sendiri nasib perempuan zaman dahulu bisa dibilang nahas, ambil contoh pada suku Jawa di zaman penjajahan, dahulu masyarakat di Jawa khusunya kaum perempuan seolah tidak diperbolehkan memiliki wawasan ilmu yang luas, dan wawasan yang mestinya dimiliki oleh kaum perempuan Jawa adalah 3M (masak, macak, manak). Namun pada akhirnya muncul sosok perempuan pembela perempuan lainya yaitu R.A Kartini .

Menjadi Khadijah atau Kartini zaman Now, sanggupkah?

            Pada Era di mana islam belum datang masyarkat Arab jahiliah memperlakukan perempuan dengan sangat keji, di mana perempuan hanya menjadi pemuas syahwat dan bahkan bayi – bayi perempuan yang tak berdosa dibunuh hidup – hidup. Sampai pada akhirnya datang ajaran islam yang dibawakan Nabi Muhammad SAW sehingga membawa angin segar bagi kehidupan kaum perempuan Arab. dalam ajaran islam sendiri kaum perempuan mempunyai kedudukan yang sama dengan kaum laki – laki dan bahkan dalam kitab suci Al – Quran menghapus diskriminasi antara kaum laki – laki dan perempuan.

            Khadijah binti Khawailid sosok perempuan pertama Assabiqunal awwalun dan merupakan istri pertama Rasulullah, dia rela berkorban harta, tenaga bahkan nyawa demi menyiarkan Agama Islam, serta merupakan sosok perempuan pemberani bahkan mengalahkan keberanian seorang laki – laki, sampai Rasulullah  menyatakan bahwa Khadijah merupakan perempuan pertama yang masuk surga dan sebagi prempuan ahli surga.

Raden Adjeng Kartini seorang perempuan kelahiran jepara 21 April 1879, merupakan pahlawan emansipsi pribumi. Perjungan serta kerja keras yang tak kenal lelah untuk menyuarakan hak perempuan, dimana perempuan harus memperoleh kebebasan dikehidupan dan bahkan kebebasan hukum. Sampai pada akhirnya R. A Kartini ditetapkan sebagai pahlawan nasional Era Presiden Soekarno, dan pada setiap tanggal 21 April ditetapkan sebagai Hari Kartini guna untuk mengenang jasanya.

Lalu sebagai perempuan zaman Now yang hidup di Era Modern, bagaimana seharusnya perempuan zaman sekarang bisa melanjutkan estafet perjuangan para pahlawan wanita dahulu, mungkin salah satunya dengan menggunakan haknya secara baik, berkarya sesuai bidang, meperbanyak wawasan keilmuan, serta melatih skil yang dipunya.

Tantangan perempuan masa kini

            Sebagai perempuan yang hidup pada zaman modern tentunya banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, apalagi teknologi yang semakin berkembang membuat perempuan harus cakap dan cerdas dalam berbagai aspek. Tak hanya itu perempuan juga dituntut punya kemapuan yang menonjol jka tak ingin tertinggal oleh lainnya.

            Selain itu perempuan masa kini sebisa mungkin menimba ilmu dengan setinggi – tingginya, berbeda dengan orang zaman dahulu dimana pendidikan sangat tidak memungkinkan dan bahkan hanya bisa diambil oleh kalangan tertentu, zaman sekarang semua perempuan bisa mengenyam pendidikan dengan tinggi tanpa ada halangan siapapun  dan dapat memilih sekolah dimanapun.

            Selanjutnya perempuan masa kini harus bisa merawat keluarga dengan baik. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa disaat seorang perempuan sudah berkeluarga mereka dituntut untuk merawat keluarga akan tetapi perempuan juga bisa berkarir tergantung bagaimana keadaannya, para perempuan karir sebisa mungkin menyeimbangkan waktu antara karir dan keluarga dimana di dalam keluarga ada anak yang perlu diasuh dan di didik serta ada suami yang perlu disayangi. Disini perempuan di tuntut tak hanya kerja keras namun juga kerja cerdas.

            Setelah mengetahui berbagai kisah kelam yang dialami perempuan kita dapat simpulkan bahwa menghargai hak dan kewajiban itu sangat penting dan sebisa mungkin ditanamkan sejak dini. Berbagai upaya yang dilakukan demi terciptanya sebuah kesetaraan gender untuk lebih menghargai  kaum prempuan membuktikan bahwa perempuan mempunyai hak yang setara dengan laki – laki. Memang tak dapat dipungkiri bahwa perempuan diciptaka dengan fisik tak lebih kuat dari laki – laki maka dari itu kewajiban kaum laki – laki mencari nafkah untuk mencukupi kebutuhan, namun perempuan  memliki hati yang lembut dan sifat yang penyabar untuk mengurus keluarga, mendidik anak dll. Yang dapat kita ketahui bahwa keluarga adalah unitkecil dalam proses sosial yang dapat mempengaruhi kemajuan masyarakat itu semdri.

            Sudah semestinya perempuan masa kini lebih objektif dalam memahami kodratnya, kemudian yang perlu digaris bawahi disini bagaimana perempuan menggunakan haknya dengan semestinya. Bagaimana dia bisa berkarya menuangkan aspirasi – aspirasinya dan sebisa mungin dapat bermanfaat bagi keluarga, Negara dan agama. Untuk maju atau mundurnya perdaban manusia bergantung pada diri kita sendiri sebagai penggeraknya. []

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *