Selasa, (1/6/21) — Bertepatan dengan hari lahirnya Pancasila, HMPS AFI punya hajatan bertajuk “Kenduri Buku dan Wayang On The Road, bersama Ki Ompong Sudarsono” yang diselenggarakan di depan Burjo Badalah, di IAIN Surakarta yang sekarang sudah resmi beralih status menjadi UIN Raden Mas Said, nama asli Pangeran Sambernyowo.
Acara dimulai bakda Isya’ setelah segala properti dan perlengapan-perlengakapan yang diperlukan selesai dipersiapkan. Dibantu oleh komunitas Dianoia acara berhasil dimulai sekitar pukuk 20.00 WIB. pegalar
Meskipun acara ini milik HMPS AFI yang bekerja sama dengan komunitas Dianoia, tetapi para pengujung yang hadir tidak hanya dari kalangan HMPS AFI maupun dari komunitas Dionia melainkan ada pula pengunjung umum yang berkenan hadir mengikuti jalannya pagelaran wayang dari Ki Ompong Sudarsono.
Dalam pertujukannya, Ki Ompong membawakan sebuah dialog unik dan jenaka tetapi sangat edukatif tentang Pak Lurah dengan para pejabat lain dan rakyat yang ia sambungkan dengan esensi nilai-nilai yang ada dalam Pancasila. Acara berlangsung interaktif dan santai. Para pengunjung tak hanya pasif mendengarkan, tetapi juga diberikan kesempatan untuk berbicara, menyampaikan uneg-uneg-nya tentang Pancasila.
Wayang sebagai budaya luhur bangsa, menurut Ki Dalang Ompong merupakan jati diri bangsa. Oleh karenanya, menurutnya kita sebagai bangsa tak usah malu dengan budaya-budaya kita dan tetap harus percaya diri untuk melestarikannya. Pun kata Munawar Holil selaku ketua HMPS AFI, “Saya orang Jawa dan juga berada di Jawa sangat perlu untuk melestarikan budaya Jawa. Saya sangat mendukung pelestarian budaya, termasuk wayang.” Maka, ia berinisiatif membikin acara hajatan ini.
Dari beberapa pengunjung memberikan sebuah kesan terkait pagelaran wayang semalam, “saya sangat senang atas terselenggaranya acara seperti ini, sebab dengan terselenggaranya pagelaran wayang on the road ialah sebagai ajang melestarikan budaya. Ditambah lagi, dengan isi pewayangan yang berisi nilai-nilai Pancasila.” Kata Satrio Dwi Haryono, penggiat Dianoia.
Dalam tanggapan lain, “Ini merupakan acara yang patut dirawat dan dilestarikan, apalagi di tengah arus modernisasi yang semakin hendak menghilangkan unsur-unsur budaya masyarakat kita sebagai orang Jawa. Acara seperti ini seperti kita sedang melawan arus zaman, tatkala anak-anak milenial yang semakin pragmatis dengan budaya gaming-nya. Kita justru tetap bertahan merawat idealisme luhur kita untuk tetap eksis dengan budaya wayang seperti ini, ditambah lagi dengan kenduri buku semacam ini juga.” Kata Ahmad. [Red/HS]