Oleh: Nisa Muflicha
Sepanjang sejarah filsafat para filosof mencari jawaban atas pertanyaan “Manusia itu siapa? Dari mana asalnya? Ke mana akhirnya?. Manusia itu makhluk hidup. Apa itu hidup? Tanaman dan hewan juga hidup, apakah sama kehidupan makhluk-makhluk hidup ini dengan kehidupan manusia? Kehidupan tanaman dan hewan tidak lebih dari kehidupan biologis dan naluri saja, sedangkan kehidupan manusia adalah kehidupan budaya. Apa itu kebudayaan? Ia meliputi sosial, politik, ilmu dan teknik, seni dan agama. Apa itu sosial, dijawab oleh filsafat sosial, ekonomi dijawab oleh filsafat ekonomi, politik dijawab oleh filsafat politik dan seterusnya. Bagaimana semestinya sosial, ekonomi serta politik? Filsafat yang menggariskan.
Manusia adalah makhluk yang unik, mempunyai akal dan nurani. Berkat daya psikis cipta, rasa dan karsanya, manusia bisa tahu bahwa ia mengetahui dan juga ia tahu bahwa ia dalam keadaan tidak mengetahui. Dari pada makhluk yang lain, dengan daya psikisnya manusia memiliki kelebihan, yaitu mampu menghadapi setiap persoalan kehidupannya. Apakah pandangan yang bersangkutan dengan diri sendiri, orang lain secara individual dan sosial, dengan alamnya, atau dengan sang penciptanya. Dengan potensi akal kini bisa memperjelas dasar dan tujuan keberadaannya sebagai manusia. Sedangkan filsafat itu mempunyai kondisi yang berbeda-beda dan hidup subur di dalam aktualisasi keadaan manusia yang beraneka ragam. Jadi dapat dikatakan bahwa karena filsafat, maka suatu mahkluk bisa menjadi manusia, dan karena manusia, maka pastilah berfilsafat. Filsafat menjadi ciri khas manusia.
Pandangan Beberapa Filsuf Tentang Manusia
Pandangan-pandangan yang akan dibahas mencakup tokoh-tokoh filsafat yang cukup berpengaruh di dalam sejarah filsafat khususnya berhubungan dengan pandangan mereka mengenai jati diri manusia atau martabat manusia sebagai seorang manusia yang utuh. Martabat berarti derajat atau pangkat, jadi martabat manusia adalah derajat atau pangkat manusia sebagai manusia. Dengan kata lain “martabat manusia” mengungkapkan apa yang merupakan keluhuran manusia yang membedakannya dari makhluk-makhluk lain di bumi.
Plato, menurutnya, martabat manusia sebagai pribadi tidak terbatas pada mulainya jiwa bersatu dengan raga. Jiwa telah berada lebih dulu sebelum jatuh ke dunia dan disatukan dengan badan. Maka bagi Plato, yang disebutkan manusia atau pribadi adalah jiwa an sich. Sedangkan badan oleh Plato dianggap sebagai komponen yang berguna bagi jiwa sewaktu masih hidup di dunia.
Thomas Aquinas, menurut Aquinas, yang disebut manusia sebagai pribadi adalah makhluk individual yang dianugerahi kodrat nasional. Yang disebut makhluk individual ialah mahkluk yang merupakan kesatuan antara jiwa dan badan. Maka sejauh jiwa sudah bersatu dengan badan, yaitu sudah hidup meskipun belum dapat berdikari, haruslah disebut sebagai pribadi yang utuh.
Davide Hume, dia berbicara mengenai “pribadi” yang dimaksudkannya adalah identitas diri, yaitu kesamaan jati diri manusia dalam kaitannya dengan waktu. Hume menyimpulkan bahwa “pribadi” hanyalah suatu kumpulan persepsi yang saling menggantikan secara berturutan dengan kecepatan yang luar biasa, selalu mengalir dan bergerak.
Immanuel Kant, Kant memahami “pribadi” sebagai, “sesuatu yang sadar akan identitas numerik mengenai dirinya sendiri pada waktu yang berbeda-beda disebut seorang pribadi. Jiwa itu sadar, maka jiwa adalah pribadi”. Jelaslah bahwa bagi Kant identitas diri seorang pribadi mengandaikan kesadaran diri, yaitu kesamaan dimana pun dan kapan pun.
Hakikat Manusia dalam Pandangan Filsafat
Manusia merupakan makhluk yang sangat unik. Upaya pemahaman hakekat manusia sudah dilakukan sejak dulu. Namun, hingga saat ini belum mendapat pernyataan yang benar-benar tepat dan pas yang diamini khalayak ramai, dikarenakan manusia itu sendiri sangat unik, antara manusia satu dengan manusia lain berbeda-beda. Bahkan orang kembar identik sekalipun, mereka pasti memiliki perbedaan. Mulai dari fisik, ideologi, pemahaman, kepentingan dan lain-lain. Semua itu menyebabkan suatu pernyataan belum tentu pas untuk di yakini oleh sebagian orang.
Hakikat manusia selalu berkaitan dengan unsur pokok yang membentuknya, seperti dalam pandangan monoteisme yang mencari unsur pokok yang bersifat tunggal, yakni materi dalam pandangan materialisme atau unsur rohani dalam padangan spiritual atau dualism yang memiliki pandangan yang menetapkan adanya dua unsur pokok sekaligus yang keduanya tidak saling menafikan yaitu materi dan rohani. Manusia secara individu tidak pernah menciptakan dirinya, akan tetapi bukan berarti bahwa ia tidak dapat menentukan jalan hidup setelah kelahirannya dan eksistensinya dalam kehidupan dunia ini mencapai kedewasaan dan semua kenyataan itu, akan memberikan andil atas jawaban mengenai pertanyaan hakikat, kedudukan, dan peranannya dalam kehidupan yang dihadapi.
Para ahli pikir dan ahli filsafat memberikan sebutan kepada manusia sesuai dengan kemampuan yang dapat dilakukan manusia di bumi ini seperti, Manusia adalah Homo Sapiens, artinya makhluk yang mempunyai budi. Manusia adalah Animal Rational, artinya binatang yang berpikir. Manusia adalah Homo Laquen, artinya makhluk yang pandai menciptakan bahasa dan menjelma pikiran manusia dan perasaan dalam kata-kata yang tersusun. Manusia adalah Homo Faber, artinya makhluk yang terampil. Manusia adalah Zoon Politicon, artinya makhluk yang pandai bekerjasama, bergaul dengan orang lain. Manusia adalah Homo Economicus, artinya makhluk yang tunduk pada prinsip-prinsip ekonomi dan bersifat ekonomis. Manusia adalah Homo Religious, artinya makhluk yang beragama. Manusia adalah Animal Educadum dan Animal Educable, artinya manusia makhluk yang harus dididik dan dapat dididik. Manusia adalah Homo Divinas, artinya manusia sebagai khalifah tuhan. Manusia adalah Homo Luden, artinya makhluk yang suka main. Manusia adalah Animal Rider, artinya makhluk yang bisa tertawa.
Kedudukan Filsafat dalam Kehidupan Manusia
Dalam memberikan gambaran bagaimana kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia maka terlebih dahulu diingat kembali pengertian filsafat. Filsafat mengandung pengertian sebagai suatu ikhtiar untuk berpikir secara radikal, dalam arti mulai dari akarnya suatu gejala sampai mencapai kebenaran yang dilakukan dengan kesungguhan dan kejujuran melalui tahapan pemikiran. Oleh karena itu seseorang yang berfilsafat adalah orang yang berpikir secara sadar dan bertanggung jawab dengan pertanggungjawaban pertama adalah terhadap dirinya sendiri.
Dari uraian tadi dapat disimpulkan bahwa kedudukan filsafat dalam kehidupan manusia adalah Pertama, Memberikan pengertian dan kesadaran kepada manusia akan arti pengetahuan tentang kenyataan yang diberikan oleh filsafat. Kedua, Berdasarkan hasil kenyataan itu, maka filsafat memberikan pedoman hidup kepada manusia. Pedoman itu mengenai sesuatu yang terdapat di sekitar manusia sendiri, seperti kedudukan dalam hubungannya dengan yang lainnya. Kita juga mengetahui bahwa alat-alat kewajiban manusia meliputi akal, rasa dan kehendak. Dengan akal, filsafat memberikan pedoman hidup untuk berpikir guna memperoleh pengetahuan, dengan rasa dan kehendak maka filsafat memberikan pedoman tentang kesusilaan mengenai baik dan buruk.