Sukoharjo 17/5 , Mahasiswa Aqidah dan Filsafat Islam yang mengikuti kuliah “Etika Jawa” dibawah bimbingan sekaligus sebagai dosen pengampu yaitu Ibu Dra. Hj. Siti Nurlaili, M. Hum. mengikuti kegiatan praktikum berkunjung ke Sanggar Aliran Kepercayaan Sapto Darmo di Dk. Kramat, Ds. Trangsan, Kec. Gatak, Kab. Sukoharjo.
Salah satu sumber Etika Jawa adalah aliran kepercayaan, yang mana itu menjadi tema kegiatan Praktikum kali ini. oleh karenanya mahasiswa diajak untuk mempelajari salah satu aliran kepercayaan di Kab. Sukoharjo yaitu aliran kepercayaan Sapto Darmo. Aliran ini berdiri tahun 1952 di Pare, Kediri. Pimpinan penghayat aliran kepercayaan Sapto Darmo, Bapak Sutarno menuturkan bahwa “Aliran kepercayaan Sapto Darmo ini bukan dibawah naungan Kementerian Agama (Kemenag) melainkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”. Berdasarkan penuturan tersebut beliau menjelaskan bahwa aliran kepercayaan bukanlah termasuk agama melainkan sebagai budaya.
Bagi Penghayat aliran kepercayaan Sapto Darmo memiliki beberapa ajaran diantaranya yaitu dituntut untuk memenuhi kebutuhan jasmaniah maupun rohaniah, yakni waktu siang untuk bekerja guna memenuhi kebutuhan jasmaniah sedangkan malam hari atau di waktu senggang diperuntukkan mencukupi kebutuhan rohaniah dengan cara bersujud kepada “Hyang Maha Kuasa, melatih/mengolah rasa, berdharma dan sebagainya. Sujud yang menjadi inti dari pokok ajaran ini dapat dilakukan secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dengan menghadap ke timur.
Pada pungkasan acara, para peserta praktikum diperbolehkan untuk membaca buku atau kitab pegangan aliran ini. Mengingat banyaknya praktik intoleransi terhadap kelompok-kelompok aliran kepercayaan, kegiatan ini diharapkan menjadi landasan bagi peserta untuk lebih meningkatkan nilai-nilai toleransi terhadap kelompok-kelompok minoritas sehingga moderasi beragama dapat terwujud sesuai visi Kemenag 2020-2024 yaitu “profesional dan andal dalam membangun masyarakat yang saleh, moderat, cerdas dan unggul untuk mewujudkan Indonesia maju yang berdaulat, mandiri, dan berkepribadian berdasarkan gotong royong”. [SDH]