Pada tanggal 7 September 2021, Mahasiswa AFI UIN Raden Mas Said bersama dengan Dra. Hj Siti Nurlaili Muhadiyatiningsih, M.Hum (Kaprodi) melakukan prosesi Pelepasan Praktek Pengalaman Lapangan (PPL) di kantor Lembaga Pengembanagan Teknologi Perdesaan (LPTP) Palur dengan disambut oleh Rahadi selaku ketua yayasan bersama Zamzaini . Selain luring acara tersebut juga dilakukan secara daring di ruang zoom meeting. Dalam ruang virtual itu diikuti juga Alfina Hidayah, M. Phil (Sekprodi) dengan Dr. Raden Lukman Fauroni. S.Ag., M.Ag. (DPL PPL).
Mahasiswa-mahasiswi itu bernama M. Fatkhur rahman, Abdul Wahid, Maulana Kurniawan, Berliana Iswari Cempaka, Ilvia Aulia Rahma, Ega Maya Naftalia yang ditempatkan di Cabang Klaten. Sedangkan Tiara Salsa Khorisma, Siti Maimunah dan Septi Qomariyah ditemptakan di Kaliboto Green Institute yang berada di Karanganyar.
Khusus mahasiswa yang berada di cabang Klaten dengan koordinator Titik Susana Ristiawati memiliki fokus program konservasi yang terletak di desa Pagerjurang Keamatan Musuk Kabupaten Boyolali dan Mriyan Kecamatan Tamansari Kabupaten Boyolali. Di Pagerjurang, Maulana Kurniawan memiliki fokus pada kajian biogas, Ilvia Aulia Rahmah fokus pada rorak dan Ega Maya Naftalia fokus pada Green House. Sedangkan di Desa Mriyan, M. Fatkhur Rokhman memiliki fokus pada budidaya anggrek di dusun Gumuk, Berliana Iswari Cempaka fokus pada produksi kopi di Dusun Gumuk, dan Abdul Wahid fokus pada produksi teh di Dusun Kayulawang.
Pada 8 September 2021 mahasiswa yang di tempatkan di cabang Klaten melakukan orientasi lapangan dengan didampingi oleh MuslimAfandi, S.Sos., M.Si selaku fasilitator. Mereka diperkenalkan beberapa program yang bekerja sama dengan LPTP dan orang-orang Desa Pagerjurang dan Mriyan yang mengelola program-program tersebut.
Kemudian pada 9 sampai 14 September kegiatan difokuskan pada kajian Sustainable Livehood Approach (SLA) dengan mencari data-data seperti SDA, SDM, SDE, SDI, dan SDS yang berkaitan dengan desa Pagerjuang dan Mriyan. Kajian tersebut bertujuan untuk mempermudah mahasiswa mengolah data tentang kajian yang mereka fokuskan
. Setelah itu di tanggal 17 dan 18 September mereka memploting Penampung Air Hujan (PAH) yang terletak di Dusun Kayulawang Desa Mriyan. Mereka memploting 15 rumah yang masih memiliki PAH dengan jumlah KK sebanyak 35 dan 87 jiwa. Dari hasil ploting tersebut terdapat 2 PAH yang rusak yang dimiliki oleh Suyoto dan Sardiyem, sedangkan yang lain masih dalam kondisi baik. PAH itu digunakan untuk kebutuhan mencuci dan ternak.
Mereka melakukan sesi pengamatan dan wawancara dengan Sudarsono selaku koordinator yang mengelola Green House dan pemilik biogas. Menurut Sudarsono Green House yang dikelola oleh BUMDES yang bekerja sama dengan LPTP tersebut berfungsi sebagai tempat untuk pembibitan dan sarana peningkatan taraf ekonomi masyarakat desa, sedangkan biogas sebagai pengganti dari tabung gas elpiji. Biogas itu di buat dengan menggunaka kotoran sapi baik feses maupun urin dengan ditampung di digester sebagai penampung feses dan urin sapi, sedangkan slurinya digunakan untuk pupuk tanaman. Sudarsono juga mengatakan bahwa semenjak ia menggunakan biogas untuk memasak dirinya tidak pernah membeli elpiji selama 10 tahun.
Kemudian beralih ke Rusdiyono selaku koordinator pengelola rorak. Rorak berfungsi sebagai penjebak air hujan agar tidak langsung mengalir ke bawah, dengan kedalaman 0,5 M, panjang1,5 M dan lebar 0,5 M dapat menampung air hujan dengan curah tertentu. Air tersebut digunakan untuk kebutuhan air tanaman ladang atau kebun.
Dari hasil wawancara yang dilakukan M. Fatkhur Rokhman dengan Joko selaku pengelola tanaman anggrek bahwa tanaman tersebut merupakan salah satu tanaman yang dimiliki dan sebagai hasil budidaya yang menjadi sumber pencaharian ekonomi masyarakat Dusub Gumuk Desa Mriyan.
Sedangkan teh piles merupakan teh yang diproduksi oleh komunitas sekar aji, produksi tersebut baru dimulai pada tahun 2020 dengan dikoordinatori oleh Jinu selaku ketua kelompok. Teh piles ini merupakan teh peninggalan dari jaman Belanda yang oleh warga awalnya untuk dikonsumsi sendiri. dinamakan teh piles karena menggunakan metode piles yang memiliki arti dikucek, teh ini juga memiliki kekhasan aroma sangit karena di sangrai. Teh peninggalan Belanda itu oleh masyarakat Kayulawang disebut dengan krifik, namun hingga saat ini LPTP masih dalam tahap penelitian Laboratorium jenis teh apa dan memiliki kandungan apa teh Piles tersebut.
Setiap tempat yang kita tempati pasti memiliki sumber dayanya masing-masing. Desa Pagerjurang dan Mriyan merupakan salah dua desa yang memiliki cukup banyak sumberdaya. Oleh adanya sumber daya itu kita harus bersyukur dengan cara menggunakan sebaik mungkin dan menjaganya. Dengan menggunakan, memanfaatkan, dan menjaga sumber daya itu masyarakat mensyukuri rahmat dan nikmat-Nya. [MK/AW/MFR]